.:: Sekedar prakata ::.

.:: Buku Tamu ::.


Free chat widget @ ShoutMix

.:: Inspirational ::.

.:: network blog ::.

Oct 29, 2009

PostHeaderIcon My Iron Lung

you don't mean it but it hurts like HELL /my brain says I’m receiving pain / a lack of oxygen from my life support /my iron lung…

Sebermula seperti ada ribuan semut yang menggerogoti dada kiri, lalu merembet menuju dada kanan, lalu seluruh dada serasa sesak, panas dan kini telah menjadi sarang jutaan semut itu.

Saat aku batuk dan mengeluarkan riak berdarah, semut-semut itu tak mau juga keluar, hanya seperti berhamburan menyerbu ke lorong-lorong, katup katup dan tiap jengkal labirin dalam paru-paruku.
Sial…. seberapa panjang lagi umurku? Bukan kematian yang kutakutkan, tetapi ada banyak hal belum selesai kucatat dalam lembaran kertas yang kusimpan di laci kerjaku. Tulisan itu masih coret moret.

‘Tak ada kesempurnaan, sempurna itu milik Tuhan, yang diatas’ kata perempuan itu, yang kini tengah duduk tertutup tirai di sebelah ranjang rumahsakit tempat ku berbaring.

Telah 2 minggu, 3 hari aku berbaring di sini. Wajah letih perempuan yang duduk di balik tirai itu, meski tertutup tirai, aku seperti sudah bisa menebaknya,


Seorang dokter cantik memeriksaku. Sedikit melegakan, meski aku tak bisa berfikir untuk sekedar menggodanya lagi. Mana mau seorang dokter muda cantik dengan seorang laki-laki kurus kerempeng dengan paru-paru rusak, batuk-batuk, pucat dengan tiga orang anak dan seorang istri cerewet! Toh, istriku dengan muka letihnya dan seorang anak kembarku menunggu di ruang sebelah.


Rongent dikeluarkan. Sepasang gambar paru-paruku. Tidak kembar. tetapi paru-paru kiri berukuransan lebih kecil, mengkerut. Aku tertawa sambil batuk-batuk lagi dan sebuah cipratan darah lagi di telapak tangan. Bah. untuk mentertawai gambar paru-parukupun terasa sangat sakit. Seperti itukah gambar sarang ribuan semut itu bersembunyi?
Lalu dokter yang cantik muda itu mendekati istriku, mengatakan sesuatu. Aku selalu curiga pada dua orang perempuan yang bercakap-cakap kemudian menjadi akrab, kemudian mereka akan memulai membuka gosip yang seru saban hari tentang tetangga-tetangga mereka, laki-laki di dekat mereka dan mulai melupakan kesibukan yang lain yang lebih penting.


Muka istriku, perempuan dengan wajah letih itu memucat. Aku sudah menduka, apalagi kalau bukan sepasang paru-paruku, sepasang sarang ribuan semut yang menggerogotiku, mungkin lebiih tepatnya kini menjadi sepasang sarang ribuan belatung kecil-kecil yang seidikit demi sedkit menggeogoti, merayap di tiap rongga tubuh dan melahap apa saja dan mebuat selonsong tubuh kurus kering yang suka batuk-batuk yang belum menginjak usia 30 tahun yang belum bisa mengejar mimpinya untuk meneribitkan tulisannya itu akan usai dengan segera. Tapi saya cukup bahagia, seperti empat pasang mata anak kembarku. mereka tidak menangis. Mereka akan baik-baik saja. Setidaknya aku pernah merekam gambarku, catatan catatan perjalananku dalam sebuah laci yang kini menjadi laci milik mereka.

Lalu…. ribuan semut, ah, tapi lebih tepatnya ribuan belatung itu merayap lagi. Membelah diri menjadi ratusan, ribuan dan jutaaan kali. Aku batuk lagi. kini bukan darah lagi. tapi cairan kental hitam.

(in Memorian Salman)
rest in peace sobat, suami dari karibku

0 comments:

.:: Tentang ::.

.:: Pengikut ::.