.:: Sekedar prakata ::.

.:: Buku Tamu ::.


Free chat widget @ ShoutMix

.:: Inspirational ::.

.:: network blog ::.

Apr 7, 2009

PostHeaderIcon Botol Dalam Pasir

 

Pasir dalam gelas waktu, menghambur dalam plasmaku…. (Asmaradhana, Gunawan Muhammad)

Sudah sejak lama Angie mengoleksi pasir-pasir dari tempat-tempat yang pernah ia kunjungi. Pasir-pasir itu Angie tempatkan dalam botol-botol kecil. Ia tempelkan label kecil dalam botol-botol pasir itu.

Ini pasir pantai kuta dengan bulir-bulir yang lebih kasar dari memiliki , pasir dari pantai parangtritis, pasir dari pantai karimunjawa,

Ia pandangi deretan botol-botol kecil beraneka ragam dalam rak di kamarnya itu. Botol-botol itu berisi pasir-pasir yang kalau diteliti berbeda-beda baik itu warna maupun karakter bulir-bulirnya. Ada label kecil dengan torehan darimana pasir itu berasal. Pasir pantai anyer, berwarna putih kegelapan dengan dengan bulir-bulir yang kasar, pasir pantai kartini Jepara, pasir parangtritis yang hitam dan lembut, pasir pantai kuta yang paling putih dengan bulir bulir lebih halus, pasir pantai nusa penida yang hitam, pasir pantai ujung gelam di karimunjawa dan masih banyak lagi. Kesemuanya ada sekitar 56 botol kecil.

“Hey, sudah sebanyak itukah pantai-pantai yang kukunjungi”

Ia tercengang sendiri memandang pada deretan botol-botol beraneka ragam pada rak itu. Tak jarang ia ambil satu dua botol dari deretan botol itu, membukanya, meraba dan membauinya lekat-lekat. Kalau sudah begitu, pikirannya akan terbang pada saat dimana ia mengambil pasir itu. Pada orang-orang- yang pernah ia temui disana, jalan-jalan setapak yang menuju kesana, pohon-pohon kelapa, rumpun perdu, kapal-kapal yang tertambat, orang-orang di kampung nelayan, anak-anak kampung nelayan yang bermain-main pada jukung dan aroma laut yang amis.

“Apa gunanya kau kumpulkan pasir itu?

Berkali-kali orang-orang, bahkan suaminya sendiri menanyakan hal itu. Bahkan kalau ia sudah duduk termenung di deretan rak itu dan mengambil salah satu botol, membukanya, menuangkan isinya pada tangan, membauinya lekat-lekat, suaminya itu seakan-akan cemburu.

Berulang kali pula ia menjelaskan alasan koleksi botol-botol pasirnya itu, berkali-kali pula, dulu ibunya, pacarnya dan kemudian suaminya, sepertinya tetap tak memahaminya.

“Konon kalau menyimpan pasir ini, sewaktu-waktu kita pergi ke tempat itu lagi, kita masih akan mengingat tempat-tempat, peristiwa dan orang-orang disana?”

Ia percaya akan hal itu.

“Kamu tidak pernah bercerita soal pasir itu?”

Memang, botol-botol dalam pasir itu adalah susunan cerita. Sebuah portal waktu yang akan membawanya pada kenangan-kenangan manis saat dimana pada suatu ketika ia pernah menjejakkan kakinya disana, bermain-main pasir dan bertemu orang-orang.

***

.:: Tentang ::.

.:: Pengikut ::.